POSKOTAJATIM.CO.ID – Sejak diresmikan sebagai Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar pada 26 Juli 2023, ekowisata ini telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam pariwisata, konservasi, pendidikan, dan penelitian lingkungan.
Menariknya kebun raya ini juga aktif dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setempat dengan menyediakan stan khusus untuk UMKM.
Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar telah dikembangkan sejak 2016, melalui proses panjang, akhirnya resmi dibuka pada Juli lalu.
Dalam rangka mengevaluasi dan memahami kondisi serta potensi yang dimiliki oleh objek wisata Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar, sekelompok mahasiswa Program Studi Pariwisata UPN Veteran Jawa Timur melakukan analisis SWOT terhadap destinasi ekowisata Mangrove Gunung Anyar, Surabaya ini.
“Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar, menjelaskan bahwa pengembangan ini melibatkan penambahan area serta penyempurnaan konsep pariwisata, termasuk aspek jasa lingkungan, penelitian, pendidikan, dan konservasi,” ungkap Humas Kebun Raya Mangrove, Nurul Fitria saat ditemui mahasiswa Pariwisata UPN Veteran Jatim pada, Selasa (15/10/2024).
Menurut Nurul konsep perencanaan bisnis Kebun Raya ini mengikuti arahan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya.
Meskipun UPT Kebun Raya berfungsi sebagai unit pelaksana, semua kebijakan pemasaran dan pengembangan masih terintegrasi dengan OPD dan instansi terkait.
Menurut hasil wawancara tersebut dan melalui analisis SWOT yang dilakukan, tim peneliti menemukan beberapa kekuatan dan kelemahan serta potensi yang dimiliki oleh Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar.
Kelebihan Kebun Raya Mangrove terletak pada statusnya sebagai kebun raya tematik pertama di Indonesia, dengan fokus pada tanaman mangrove yang memiliki karakteristik unik.
“Tanaman ini berperan penting dalam menjaga garis pantai dari abrasi dan gelombang besar, serta memiliki kemampuan menyerap karbon hingga 60-79%, lebih tinggi dibandingkan hutan biasa,” jelas Nurul.
Namun, pengembangan Kebun Raya Mangrove menghadapi tantangan, terutama dalam hal pendanaan. Biaya pengelolaan yang tinggi dan ketergantungan pada anggaran dari APBD membuat setiap rencana pembangunan harus mendapat persetujuan dari pusat.
“Kebun raya ini membutuhkan biaya pengembangan yang tentunya tidak murah, namun apa boleh buat kami masih dibawahi oleh OPD dan instansi terkait sehingga apa yang kami rencanakan untuk pengembangan kebun raya ini tentunya harus menunggu persetujuan dari pusat,” tutup Nurul.
Berdasarkan perspektif peluang, Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar memiliki kesempatan untuk berkembang berkat dukungan dari kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan kebun raya dan ruang terbuka hijau. Potensi pengembangan ekowisata yang terus meningkat juga memberikan harapan untuk menarik lebih banyak pengunjung
Terdapat ancaman yang perlu diwaspadai, seperti ketergantungan pada pendanaan pemerintah yang dapat berfluktuasi dan degradasi lingkungan akibat perubahan iklim.
Ancaman ini dapat mengurangi efektivitas fungsi konservasi mangrove serta mempengaruhi daya tarik kawasan tersebut di tengah persaingan dengan destinasi wisata lain di Surabaya.
Dengan segala potensi dan tantangan yang ada, Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar berkomitmen untuk menjadi pusat edukasi dan konservasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
* Tim penulis
• Khairuna Anggunnisa
• Azka Kamila Najwa
• Novelni Mimi Matius
• Tiara Salsabilah Rachman Putri
• Helmalia Lailatul Kurniawati
• Ryfta Muflihatul Alfiah
• Garsione Agni Andrea. **