Poskotajatim – Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menemui Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pacitan, Ia menegaskan bahwa pertemuannya dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY itu dalam rangka silaturahmi dan halalbihalal.
Saat ditanya soal pencapresan serta isu Demokrat berkoalisi dengan Gerindra, Prabowo menjawab pertanyaan itu dengan berseloroh.
“Soal capres kan sudah banyak dibahas oleh media. Koalisi? Jadi koalisi…,” ucap Prabowo tanpa meneruskan kalimat tersebut sembari meninggalkan kerumunan wartawan, Sabtu (20/5).
Ucu Martanto, dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan bahwa pertemuan Prabowo dengan SBY itu bisa dibaca sebagai upaya silaturahmi politik Prabowo untuk memperbaiki hubungannya dengan para pimpinan parpol.
“Kita tahu, hubungan Prabowo dengan SBY tidak terlalu baik. Jadi pertemuan ini untuk memperbaiki hubungan itu,” ujarnya kepada detikJatim, Sabtu (20/5/2023).
Dengan pertemuan Prabowo dengan SBY bisa saja menjadi sinyal untuk menggaet Demokrat agar bergabung dalam koalisi Gerindra dan PKB.
“Pertemuan ini juga bisa dibaca sebagai upaya untuk mengganjal NasDem. Kita tahu baru-baru ini NasDem baru saja tersandung kasus korupsi Menkominfo. Jadi ada peluang koalisi pengusung Anies ini ada yang akan loncat untuk bergabung dengan koalisi lainnya,” ujar Ucu, Sabtu (20/5/2023).
Bila Demokrat benar-benar loncat dan bergabung dalam Koalisi Gerindra, maka perolehan suara dan kursi Nasdem dan PKS tidak bisa untuk memenuhi presidential threshold.
Dengan demikian NasDem dan PKS tidak bisa mengusung Anies Baswedan di Pilpres 2024 hingga hanya ada 2 capres yang akan berebut suara.
“Jadi ini arahnya bisa juga supaya hanya ada 2 pasangan capres di Pilpres nanti. Hal ini tentu akan menguntungkan bagi Prabowo. Saya kira ini pembacaan yang realistis,” ujarnya.
Selain itu, Ucu mengatakan bahwa pertemuan Prabowo dengan SBY itu bisa jadi juga merupakan upaya Prabowo untuk memperkuat koalisi Gerindra-PKB dengan menggaet Demokrat agar turut bergabung.
Menurutnya, hal itu sejalan dengan keinginan Demokrat untuk bisa mengusung AHY sebagai calon wakil presiden (cawapres).
“Demokrat sendiri kan ingin agar AHY bisa maju menjadi calon wakil presiden. Saya kira ini pembacaan yang realistis. Apalagi sebelumnya Cak Imin (yang berkoalisi dengan Gerindra) juga sudah melakukan pertemuan dengan AHY,” katanya.
Lantas, bagaimana dengan nasib Cak Imin bila AHY yang akan diusung menjadi cawapres Prabowo? Ucu mengatakan, sejauh ini dia melihat bahwa Cak Imin selalu menyatakan bahwa dirinya akan maju sebagai capres. Termasuk pada Pilpres 2019.
“Ya, kita tahu Cak Imin selama ini dalam berbagai kesempatan menyatakan ingin menjadi calon presiden. Ini juga terjadi pada Pilpres 2019. Jadi saya kira ini tabiatnya memang seperti itu. Toh pada 2019 lalu saat Cak Imin tidak jadi capres, PKB tetap lanjut mengusung capres dalam koalisi,” katanya.
Dia menduga Cak Imin menyatakan dirinya akan maju sebagai capres untuk menaikkan atau untuk sekadar mengetes elektabilitasnya. Bila pun dirinya tidak diusung sebagai capres, tidak akan menjadi masalah.
“Ya, ini (pernyataan menjadi capres) mungkin untuk meningkatkan elektabilitasnya yang memang kurang. Jadi kalau misalnya tidak dapat atau tidak diusung jadi capres, ya, nggak masalah. Mungkin ngincar menteri saja,” ujarnya.***