Poskotajatim | Sidoarjo – Pengusaha bumbu masakan dari Tanggulangin, Hj Machmudah, tidak memiliki relevansi bisnisnya dengan wartawan. Bahkan media juga tidak pernah memplublish usaha Bu Machmudah.
Tapi rupanya dalam soal kepekaan sosial terhadap awak media ibu ini sungguh layak diacungi jempol. Kok bisa? Setiap mendekati lebaran, bu Machmudah selalu berbagi rejeki kepada semua wartawan tanpa pandang bulu.
Wartawan yang datang ke pabrik bumbu masak dengan menunjukkan kartu pers diberi Rp 150 ribu. Mau yang datang seratus wartawan atau dua ratus bahkan tiga ratus wartawan akan diberi ‘sajen’ yang sama Rp 150 ribu.
Bukan hanya wartawan Sidoarjo, mereka yang datang dari Pasuruan atau Mojokerto juga diterima dengan tangan terbuka. Dan faktanya memang ada pers Pasuruan dan Mojokerto yang datang ke desa Putat, Tanggulangin.
Bumbu masak Machmudah sebenarnya menjual bumbu dengan aneka resep masakan itu di pasar harganya Rp 3 ribu. Malah ada yang menjual produk sama seharga Rp 2 ribu, tapi omzetnya menasional.
Setiap penjual sayur pasti menjual bumbu Machmudah. Menjadi kurang afdol bila penjual sayur keliling atau menetap di pasar tidak menjual resep Machmudah.
Dengan menjual resep semurah itu, saya tidak habis pikir dengan kepekaan terhadap wartawan. Mari kita hitung, bila ada 300 wartawan dengan @150 ribu maka sedekah yang disalurkan Rp 45 juta. Sungguh fantastis untuk sebuah home industri kelas desa mau berbagi sebesar itu dengan wartawan.
Dipasaran banyak beredar bumbu masakan kelas industri besar, tapi dalam hal pangsa pasar, nama bumbu masakan Machmudah tiada lawan. Harganya murah terjangkau dan rasanya sesuai dengan selera masyarakat.
Sidoarjo adalah pusat industri, mulai Maspion, Kapal Api, Avian Paint, Comfeed, Tjjiwi Kimia tapi dalam hal kepekatan terhadap media Sidoarjo, mereka lebih sreg bertemu wartawan Surabaya. Kendati pusat produksi di Sidoarjo tetapi media Sidoarjo dianggap tidak ada.
Selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1444 H, (Opini Hadi)