POSkOTAJATIM.CO.ID – Rusia telah mengklaim pihaknya mengacak salah satu jet tempurnya untuk mencegat sepasang pembom nuklir AS di Laut Baltik.
Kementerian Pertahanan Rusia merilis rekaman pada hari Selasa, yang diklaim diambil dari Su-45 Rusia pada hari Senin.
Dikatakan jet tempurnya bertemu dengan pembom strategis B-52 yang terbang menuju perbatasan Rusia pada hari Senin, tetapi kembali ke pangkalan setelah mereka menjauh.
Gedung Putih belum berkomentar soal insiden ini.
Baca Juga: Viral Wanita Cantik Yogyakarta Tewas Dimutilasi oleh Tukang Tenda di Sleman
Itu terjadi setelah pertemuan militer langsung pertama yang diketahui antara Rusia dan AS sejak perang Ukraina dimulai, ketika pesawat pengintai (UAV) militer Amerika jatuh ke Laut Hitam pada 14 Maret setelah dicegat oleh jet Vladimir Putin.
AS pada saat itu mengkritik Rusia atas serangan “sembrono” dan “tidak profesional”, dengan rekaman yang kemudian dirilis oleh Komando Eropa AS yang merinci insiden tersebut.
“Pada 20 Maret, fasilitas radar pasukan pertahanan udara distrik militer Barat yang bertugas di Laut Baltik mendeteksi dua target udara yang terbang ke arah perbatasan negara Federasi Rusia,” kata kementerian tersebut tentang insiden terbaru, menurut TASS .
Rusia mengklaim mereka menggunakan jet mereka untuk mencegah pelanggaran perbatasan, dan menambahkan, “setelah pesawat militer asing menjauh dari perbatasan negara Federasi Rusia, pesawat tempur Rusia kembali ke pangkalan udaranya.”
Kementerian menambahkan penerbangan itu sejalan dengan aturan internasional tentang penggunaan wilayah udara. “Tidak ada pelanggaran perbatasan negara Federasi Rusia yang diizinkan,” katanya.
Baca Juga: Ditabrak Jet Tempur Rusia Drone AS Nyemplung ke Laut
AS dan sekutu NATO-nya telah mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia, meningkatkan ketegangan antara keduanya, dengan Rusia menuduh Amerika melakukan perang proksi di Ukraina.
Kekhawatiran telah dikemukakan oleh para ahli bahwa mungkin ada insiden di dalam atau di atas Laut Hitam antara AS dan Rusia, yang dapat menyebabkan eskalasi konflik di Ukraina, yang menurut beberapa analis dapat meluas ke perbatasan NATO.**