POSKOTAJATIM.CO.ID | SURABAYA – Fakultas Hukum, Universitas Katolik Darma Cendika menggelar diskusi internasional kekerabatan budaya ASEAN di kampus Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya, Jumat (10/3/2023)
Diskusi Internasional dengan lingkup Internasional bertema, Kinship: Anthropology’s Centerpiece and its Indwelling in ASEAN Cultures.
Acara ini dibuka dengan kata sambutan dari Adrian Adiredjo Rektor dari Universitas Katolik Darma Cendika dengan menghadirkan dosen tamu dari Filipina.
Sementara Richard Sianturi bertindak sebagai moderator, yang merupakan salah satu dosen Fakultas Hukum Universitas Katolik Darma Cendika, dengan tamu spesial dalam acara ini adalah Miss Levita A.
Sementara pembicara utama Duhaylungsod, merupakan Master of Science in Rural Sociology dari the University of the Philippines Los Banos.
Duhaylungsod mendapatkan gelar doctor of philosophy di bidang antropologi dari University of Queensland in Australia.
Duhaylungsod menyatakan bahwa dia ingin menjadi seorang antropolog karena dia merasa bahwa dia mampu dan memiliki suatu ketertarikan untuk dapat memberikan pemahaman tentang hubungan budaya di luar sana terlebih dengan dukungan seorang ibu yang sangat mendukung kesukaan anak.
Hasil forum acara kali ini memberikan banyak informasi dan pengetahuan baru bagi warga Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya.
Khususnya dalam sistem kekerabatan di bidang antropologi, yang memberikan gambara budaya di ASEAN.
“Anthropology is study of human kind and has a same spirit with sociology, but sociology have a focus study of what effect the cultures is outside,” kata Miss Levita.
Ia menjelaskan bahwasanya antropologi merupakan suatu pembelajaran tentang kemanusiaan dan memiliki energi yang sama dengan sosiologi dimana sosiologi akan menyesuaikan sebagaimana efek yang diberikan budaya ke dunia luar.
Forum ini juga memberikan pemahaman bahwa sebuah social order dapat memberikan sebuah revolusi bagi masyarakat.
Sistem kekerabatan yang berlaku di negara Filipina dengan Indonesia memiliki beberapa persamaan yaitu dengan adanya hubungan keluarga satu sama lain terlebih apabila lingkupnya merupakan satu kampung.
Pakikipagkapwa-Hao merupakan Bahasa Filipina yang disampikan Miss Levita tentang silahturami yang harus kita lestarikan secara turun-menurun untuk menjadi suatu landasan dalam sistem kekerabatan.
Miss Levita menyampaikan beberapa pesan kepada para mahasiswa UKDC Surabaya untuk dapat terus melestarikan sistem kekerabatan itu.
Dan harus menjadikan ini sebagai sebuah challenge bagi setiap individu terutama dalam bidang hukum dan politik agar tidak menjadi pengaruh negatif dan menjadi kolaps atau boomerang bagi masyarakat itu sendiri.
Sistem ini harus dijadikan sebagai suatu kesempatan bagi kita untuk dapat mencapai kesejahteraan dalam moral kebersamaan.
Pesan terakhir yang ia sampaikan yakni, “you should know your knowledge to provides or improve for human live better,” jelasnya.
Penjelasan tersebut memiliki arti bahwa kita sebagai manusia harus dapat mengetahui kemampuan dan mengembangkan kemampuan kita terus menerus guna mencapai kualitas manusia yang lebih baik untuk masa depan. (Sandra Sasmita)