POSKOTA JATIM.CO.ID – Surabaya, Rabu, 22 Februari 2023, kawasan Surabaya diguyur hujan lebat mulai jam 16.00. Namun bukan menjadi halangan bagi umat Katolik untuk pergi ke Gereja, termasuk umat Katolik Gereja Paroki Sakramen Maha Kudus – Pagesangan Surabaya.
Sore itu sekira seribuan lebih mereka berkumpul di Gereja yang terletak di kawasan Wisata Religi Masjid Al Akbar Surabaya (MAS), untuk mengikuti Perayaan Misa Rabu Abu, seperti juga yang dilakukan oleh Umat Katolik di Indonesia, dan di seluruh dunia.
Dalam Homili-nya, Romo RD Yohanes Rudianada berpesan bahwa Rabu Abu dan Masa Puasa jangan hanya menjadi tradisi dan ritual rutin saja , melainkan bisa menjadi titik awal merubah cara hidup kita untuk menjadi lebih berkualitas.
Hidup lebih berkualitas, menurut RD Rudi seperti tidak gampang marah , bisa mengendalikan emosinya, selalu berbuat baik kepada sesama terutama yang lemah dan berkekurangan, lebih rajin ke Gereja dan berdoa, serta banyak lagi perbuatan kebaikan dan positif yang bisa dilakukan sebagai perwujudan rasa penyesalan dan pertobatan.
Baca Juga
Minggu 19 Februari 2023 Adalah Hari Peringatan Orang Sakit se Dunia
Pada Misa Perayaan Rabu Abu yang dipimpin oleh Romo RD Yohanes Rudianada para umat Katolik menerima pemberian abu yang sudah diberkati dengan air suci dan pendupaan.
Dalam Tradisi Suci Katolik , Abu yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani berarti “ever” dimana kata Abu adalah menyimbolkan banyak hal misalnya ketidak berarti-an dan kehampaan diri atau pernyataan kesedihan, penyesalan dan pertobatan maupun pentahiran diri.
Dalam tradisinya di jaman itu orang orang Katolik yang kebanyakan adalah bangsa Yahudi mengekspresikan perasaan rasa penyesalan itu dengan menaruh Abu di atas kepala mereka, bahkan ada yang berguling-guling di atas abu , bahkan ada yang sampai memakan Abu.
Sedangkan di dalam kitab kejadian dilukiskan bahwa manusia diciptakan dari debu dan akan kembali menjadi debu. Makna penggunaan abu dalam tradisi ini bahwa seseorang harus hidup dalam penyesalan atas dosa dosa mereka selama ini , sebelum dan selama menjalani masa puasa sebelum Perayaan Paskah..
Oleh karena itu, Imam atau Asisten Imam yang menerimakan abu akan mengucapkan, “Bertobatlah dan percayalah pada Injil” atau “Ingatlah bahwa engkau adalah debu dan akan kembali menjadi debu.”
Pada awal abad ke-11 pemberian abu berbeda antara pria dan wanita , dimana untuk kaum pria pemberian abu dengan menaburkan abu di atas kepala nya , sedangkan untuk wanita diberikan pada dahi.
Namun dengan berkembang nya jaman , pemberian abu baik pria dan wanita sekarang ini sama , yaitu dengan mengoleskan tanda salib (+) pada dahi mereka yang dilakukan oleh para Imam Katolik (***)